Selasa, 08 November 2011

Osteoporosis

Osteoporosis merupakan masalah kesehatan dunia. Hal ini dikarenakan, meskipun prevalensi osteoporosis tertinggi diderita oleh wanita usia lanjut, namun berdasarkan penelitian ditemukan bahwa prevalensi kejadian osteoporosis pada pria meningkat dibandingkan sebelumnya. Selain itu, diketahui bahwa osteoporosis kini diderita pada kelompok usia yang lebih muda (Anonim 2002).


Osteoporosis mencuri kekuatan mineral dari tulang tanpa disadari, meninggalkan lubang-lubang besar di dalam struktur sarang lebah dari bagian dalam atau bagian trabekular. Tulang pun menjadi lemah dan rapuh, mudah patah jika terkena sedikit benturan, dan hal ini sama sekali tidak disadari. Oleh sebab itu, penyakit ini dikenal juga sebagai silent epidemic (Soekidjo 2003).


Osteoporosis kini telah menjadi salah satu penyebab penderitaan dan cacat pada kaum lanjut usia. Bila tidak ditangani, osteoporosis dapat mengakibatkan patah tulang, cacat tubuh, bahkan timbul komplikasi hingga terjadi kematian. Risiko patah tulang bertambah dengan meningkatnya usia. Pada usia 80 tahun, satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria berisiko mengalami patah tulang panggul atau belakang. Sementara, mulai usia 50 tahun kemungkinan mengalami patah tulang bagi wanita adalah 40%, sedangkan pada pria 13% (Nancy 2003).


Catatan pada tahun 2003 di Amerika, patah tulang belakang setiap tahun mencapai 1.200.000 kasus. Ini jauh melebihi jumlah serangan jantung (410.000), stroke (371.000), dan kanker payudara (239.300). bahkan dikatakan bahwa tiap 20 detik, osteoporosis menimbulkan patah tulang (Nancy 2003).


Berdasarkan data dari Third National Health and Nutrition Examination Survey yang mencakup pengukuran densitas mineral tulang pada pinggul, 20% wanita dan 5% pria berusia 50 tahun ke atas di Amerika Serikat menderita osteoporosis. Kira-kira 250.000 kasus patah tulang pinggul terjadi setiap tahunannya. Dari data disimpulkan bahwa pria dan wanita yang mengalami patah tulang memiliki tingkat mortalitas tinggi, sedangkan yang berhasil sembih setelah dirawat memiliki risiko cacat jangka panjang (Siswono 2004).


Pada tahun 2006, berdasarkan analisis data dan risiko osteoporosis yang dilakukan Departemen kesehatan RI bersama PT. Fonterra Brands Indonesia, prevalensi osteoporosis di Indonesia saat ini telah mencapai 41,75%. Artinya, setiap 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis. Hal ini lebih tinggi dari prevalensi dunia yang hanya 1 dari 3 berisiko osteoporosis (Nancy 2003).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar